Kamis, 18 Juni 2015

tatalaksana pemeliharaan pedet dan dara


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun laporan kunjungan ini. Sebagai tanda bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek penelitian.
Ucapan terimakasih tentulah tak lupa kami ucapkan kepada pihak –pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Ucapan terimakasih khususnya kami sampaikan kepada:
1.      Bapak Satya Gunawan dan bapak Rulli Basuni selaku dosen pembimbing mata kuliah tata laksana pemeliharaan sapi perah;
2.      Orangtua yang selalu memberi dukungan material maupun spiritual;
3.      Rekan-rekan seperjuangan selaku pemberi motivasi dan semangat;
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk diri kami khususnya dan pembaca pada umumnya.


Penulis




BAB I

PENDAHULUAN


PPPPTK Pertanain Cianjur mengadakan kunjungan industri bagi mahasiswa jurusan Agribisnis Sapi Perah, pada kesempatan ini kami mengunjungi Balai Perbibitan Peternakan Inseminasi Buatan. Latar belakang diadakannya kunjungan industri ini agar Mahasiswa mengenal dunia kerja ataupun dunia peternakan. Selain itu Mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh tentang cara pemeliharaan sapi perah pedet dan dara yang baik diantaranya (recording, pemberian pakan, dehorning, perkandangan dan pemasangan ear tag). Mahasiswa juga diharapkan tidak menganggap kunjungan ini sebagai rekreasi tetapi menganggap kunjungan ini sebagai sarana belajar untuk lebih mudah mengenal dunia peternakan.

1.2       RUMUSAN MASALAH
v  Bagaimana cara penangana pasca melahirkan ?
v  Bagaimana cara meberikan colostrum kepada pedet saat baru lahir ?
v  Bagaimana cara membedakan bentuk dan jenis kandang ?
v  Bagaimana cara penyapihan pedet dengan baik ?
v  Bagaimana cara pemberian pakan yang sesuai ?
v  Bagaimana cara dehorning dengan baik ?
v  Bagaimana cara penerapan recording di peternakan ?
v  Bagaimana cara seleksi bibit sapi perah ?
v  Bagaimana cara mengukur ternak ?

Mengetahui, mempelajari serta mempraktekkan tentang tata cara pemeliharaan sapi perah pedet dan dara.
1.      Bagi Mahasiswa
v  Mendapat gambaran saat akan bekerja di peternakan atau ingin membuat peternakan sendiri.
v  Mahasiswa dapat melakukan pemotongan tanduk, memasang eartag, dan melakukan rekording.
v  Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori ke dalam industri sapi perah.
v  Mahasiswa dapat handling sapi perah secara tepat dan benar.
2.    Bagi Universitas
v  Universitas dapat mengajak mahasiswa belajar secara langsung di lapangan untuk menambah wawasan.




3.    Bagi Balai Pengembangan Pembibitan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah
v  Dapat berbagi ilmu dengan para mahasiswa.
v  Mengajak dan memperlihatkan cara pemotongan tanduk, memasang eartag, dan melakukan rekording yang benar.
v  Memperkenalkan sejarah singkat berdirinya Balai Perbibitan Peternakan Inseminasi Buatan.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



2.1       SEJARAH SINGKAT BALAI PERBIBITAN PETERNAKAN INSEMINASI BUATAN

Pada awalnya (BPPIB-TSP) Bunikasih bernama Taman Ternak Ciseureuh yang berdiri sejak tahun 1952 atas prakarsa Drh. Soedjino Koesoemayardjo yang saat ini menjabat sebagai Kepala Jawatan  Kehewanan Priangan Jawa Barat. Lokasi Taman Ternak Ciseureuh tersebut adalah Kampung Ciseureuh Desa Palasari Kecamatan Pacet kabupaten Cianjur. Kegiatan utamanya adalah budidaya sapi perah, domba, kelinci, dan unggas. Sejak tahun 1964 seluruh tanggung jawab diserahkan kepada Dinas Peternakan Provinsi Daerah tingkat I Jawa Barat. Pada tahun 1983 statusnya menjadi UPDT dengan nama Balai Pengembangan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak ( BPT-HMT) Ciseureuh.
Pada tahun 1995 dilaksanakan ruislag (tukar guling). Seluruh lokasi farm dan lahan rumput BPT-HMT Ciseureuh dipindahkan ke Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Hanya kantor BPT-HMT Ciseureuh saja yang tidak ikut ditukar guling yang sekarang menjadi tempat peristirahatan atau Villa Ciseureuh. Pada tahun 1999 namanya dirubah menjadi UPDT Balai Pengembangan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak ( BPT-HMT) Ternak Sapi Perah Bunikasih.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2002, namanya dirubah menjadi UPDT balai pengembangan dan pembibitan  ternak sapi perah (BPPIB-TSP) Bunikasih. Berdasarkan keputusan gubernur nomor 119 tahun 2010 tentang tugas pokok, fungsi, rincian tugas unit dan tata kerja unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di Lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat maka BPPIB-TSP Bunikasih mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksakan sebagian fungsi dinas peternakan provinsi Jawa Barat dibidang perbibitan dan pengembangan inseminasi buatan (IB) sapi perah.
BPPIB TSP Bunikasih berada pada posisi geografis 1070 03’ BT dan 60 50’ LS dengan ketinggian kurang lebih 900 m dari permukaan laut. Suhu 18 – 220 C dan kelembapan 85 %. Curah hujan 266mm per tahun (musim hujan) dan 51 mm per tahun (musim kemarau). Saat ini lokasi BPPIB TSP Bunikasih masuk ke dalam dua wilayah administratif di Kabupaten Cianjur, yaitu:
Kampung padalengsar Bunikasih Kecamatan Warungkondang seluas 162.290 m2
Desa Padaluyu Kecamatan Cugenang seluas 59.930 m2.
Dalam rangka pengembangan IB, BPPIB TSP Bunikasih mempunyai program untuk dapat menghasilkan pedet jantan umur 12 bulan yang berstatus bakal calon pejantan unggul. Pada tahun 2013 sapi pejantan NT 1201 (Putera Willson) yang merupakan hasil dari ahli janin (embrio transfer) sudah dinilai oleh komisi bibit ternak nasional. Sapi tersebut sudah masuk dalam daftar nominasi bakal calon pejantan unggul, walau gagal dalam uji tingkat terakhir. Pada tahun mendatang diharapkan BPPIB TSP Bunikasih sudah mampu menghasilkan bakal calon pejantan unggul sehingga dapat diikut sertakan pada program uji zuriat nasional.





BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Populasi


Populasi sapi di Balai Pembibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan – Ternak Sapi Perah Bunikasih, Cianjur adalah 134 ekor. Terdiri dari 46 ekor sapi laktasi (diperah dengan manual 22 ekor dan dengan mesin 24 ekor), 27 ekor pedet, 61 ekor dara.
Pada awal penanganan pada sapi ditandai dengan adanya penjinakan (domestikasi), hal ini di lakukan karena sapi perah pada dasarnya adalah hewan yang liar yang sengaja di jinakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.  Sapi adalah hewan yang di domestikasi oleh manusia ke dua setelah kuda, kemungkinan awal domestikasi di lakukan di eropa dan asia pada tahun 6000 SM. 
Pemotongan tanduk (dehorning), pemasangan eartag dan pencatatan (recording) pada sapi perah adalah salah satu bentuk domestikasi pada sapi perah, untuk memudahkan dalam penanganan dan pengendalian (handling) sapi perah dalam melakukan kegiatan seperti : pemberian obat, memandikan sapi, pemotongan kuku , dan lainnya. Selain itu ini adalah cara untuk menjaga keamanan peternak dan ternak lainya agar tidak terluka serta agar sapi tersebut tidak agresif.

3.2 Kandang Pedet Dan Dara

a.      Pengertian Kandang

Kandang sapi perah adalah kandang yang dirancang untuk hidup sapi dalam proses usaha pembibitan dan produksi susu pada periode tertentu, mulai dari pedet, sapi dara dan sapi dewasa secara baik, aman, sehat, dan cukup pergerakan, sehingga sapi dapat hidup secara leluasa produktif dan masa hidupnya lebih panjang. Fungsi dari kandang adalah sebagai berikut :
Ø  Tempat tinggal ternak dan tempat kerja peternak.
Ø  Tempat perlindungan ternak yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi ternak.
Ø  Tempat istirahat setelah melakukan aktifitas.
Ø  Memudahkan dalam pengawasan.
Ø  Memudahkan dalam tata laksana seperti : pemberian pakan dan minum, penanganan kotoran, penanganan kesehatan.

b.      Persyaratan Kandang

Dalam mendirikan sebuah kandang harus memperhatikan persyaratan berikut :
1.      Lokasi yang strategis
Lokasi yang strategis artinya dalam membuat sesuai kandang kita harus melihat dulu ternak apa yang kita pelihara. Untuk sapi perah umumnya dipelihara di daerah dataran rendah ( 100 – 500 meter ) diatas permukaan laut dengan suhu 24 – 34 Celcius serta kelembapan 60 – 90%.
2.      Transportasi mudah
Transportasi mudah artinya dapat dijangkau oleh kendaraan.

3.      Dekat sumber air
Air adalah komponen yang sangat penting dalam dunia peternakan baik untuk minum ternak dan membersihkan kandang. Jadi dalam membuat suatu kandang harus memperhatikan aspek adanya air yang mudah dijangkau.


4.      Jauh dari pemukiman
Peternakan sebaiknya dibangun jauh dari pemukiman karena dapat merugikan masyarakat yang tinggal dekat peternakan akibat suara bising dan bau yang tidak sedap dari peternakan tersebut. Peternakan juga membutuhkan suasana yang tidak terlalu bising karena dapat membuat ternak stress.
5.      Dekat dengan sumber pakan
Selain air minum yang dibutuhkan oleh ternak, ternak juga membutuhkan pakan sebagai sumber energinya. Jadi dalam mendirikan kandang harus memperhatikan aspek apakah dekat dengan sumber pakan atau tidak ? pakan merupakan salah satu komponen terpenting dalam pemeliharaan ternak khususnya sapi perah.
6.      Cukup subur tanah disekitarnya
Selain memperhatikan aspek yang diatas kondisi tanah yang berada disekitar kandang harus diperhatikan. Selain mengandalkan pakan dari luar, kita harus memperhatikan juga hijauan pakan yang kita tanam. Hijauan pakan tanaman agar tumbuh dengan bagus dan menghasilkan komponen utama ( karbohidrat, protein dan lemak ) memerlukan tanah yang subur. Jadi perhatikan juga pH tanah dan kesuburan tanah yang ingin didirikan kandang.
7.      Lokasi bebas dari penyakit
Penyakit merupakan keadaan yang menyimpan dari faal makhluk hidup. Dalam dunia peternakan penyakit bukanlah hal yang luar biasa karena sering dialami. Tetapi dalam mendirikan suatu kandang perlu juga memperhatikan daerahnya, apakah dari tersebut endemic suatu penyakit tertentu ?  jika endemic ‘Anthrax’ kita prlu berpikir dua kali untuk medirikan kandang di daerah tersebut karena berdampak buruk pada budidaya ternak yang kita pelihara.
8.      Cukup mendapatkan sinar matahari
Sinar matahari sering dianggap hal yang sepele tetapi ketercukupan mendaptkan sinar matahari bagi ternak berdampak pada pertumbuhan tulang ternak. Jadi dalam pembuatan kandang harus memperhatikan posisi terbit dan terbenamnya matahari. Sebainya membuat kandang dengan posisi timur – barat.
9.      Ventilasi kandang
berfungsi dengan baik. Udara masuk dan keluar kandang dengan lancar. Hindarkan angin bertiup langsung ke arah sapi perah.
  1. Konstruksi kandang
*      Lantai miring ke arah saluran pembuangan dan tidak licin. Dengan demikian, kotoran kandang mudah dibersihkan dengan air dan tidak ke got. Selain itu, kebersihan kandang selalu terjaga. Kemiringan lantai hendaknya sebesar 5º atau 0,5% dan 2% masing-masing untuk kandang sapi laktasi dan dara
*      Bahan-bahan kandang tidak mempersukar kerja, pembersihan kandang dan pembasmian parasit.
*      Konstruksi kandang di dataran tinggi dan rendah sebaiknya memperhatikan temperatur udara yang terjadi di dalam kandang.
11.  Kebersihan
*      Kandang sapi perang harus selalu kering dang higienis agar kesehatan sapi-sapi nan dipelihara tetap terjamin. Terlebih jika sewaktu-waktu sapi-sapi dalam kandang ingin berbaring. Jika sapi-sapi tersebut berbaring di loka nan kotor dan lembap, bisa menyebabkan sapi tadi sakit, bahkan mengalami gangguan pernapasan.

*      Untuk menghindari alas kandang nan menjadi basah, peternak harus memikirkan cara buat menyiasatinya. Misalnya dengan membuat alas kandang dari bahan nan keras dan letaknya agak miring. Namun, pastikan juga alas kandang nan dibuat ini tak licin sehingga tak ada kemungkinan sapi tadi tergelincir. Bahan buat alas kandang ini dianjurkan dibuat dari semen dan batu-batuan saja.

c.       Bentuk kandang

Dilihat dari bentuk kandangnya, kandang dibagi dua :
1.      Kandang Tunggal
Artinya penempaan sapi dilakukan pada satu baris ( di sebelah kiri atau di sebelah kanan) atau satu jajaran.
2.      Kandang Ganda
Artinya penempatan ternak ( sapi ) dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

d.      Ukuran Kandang

Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Ø  Ukuran pedet 1,5 x 1,0 meter / ekor. Dengan tinggi 1,25 – 1,5 meter.
Ø  Ukuran Dairy 1,8 meter x 2 meter atau 2,25 meter x 1,5 meter.
Adapun referensi lain menggunakan ‘ST’ atau Satuan Ternak ( daya tamping pengembalaan):
Untuk sapi perah adalah = 3,5 – 4 m2
Sapi / kerbau
Umur ( tahun )
Satuan Ternak
2,5
1,0
1- 2,5
0,5
< 1,0
0,25

Contoh :
Luas tanah untuk membuat kandang adalah 68 m2. Berapa ekor betina dewasa, dara dan pedet yang mampu dipelihara ?
Jawab :
Betina Dewasa            = 68 / 4 = 17 ekor
Dara                            = 68 / 2 = 34 ekor
Pedet                           = 68 / 1 = 68 ekor.

e.       Tipe Kandang


1.      Kandang Koloni
Merupakan kandang yang hanya terdiri dari suatu bagunan atau satu ruangan tetapi digunakan untuk memelihara ternak.
2.      Kandang Individu
Merupakan kandang tunggal yang hanya terdiri dari satu bangunan atau satu ruangan yang digunakan untuk memelihara ternak satu ekor .






3.3 Peralatan Perkandangan Pedet dan Dara

a)      Peralatan Perkandangan
Peralatan kandang meliputi :
1.      Sekop
2.      Sapu
3.      Cangkul
4.      Ember
5.      Sikat
6.      Kereta dorong
7.      Parang
8.      Sabit, tali, chopper, dll
Peralatan pendukung :
1.      Peralatan kesehatan meliputi : gunting kuku, rennet, drencing gun, trokar dan alat suntik.
2.      Sarana angkutan meliputi : mini taktor, hand traktor, kendaraan roda dua, dll.
3.      Mixer meliputi : mesin pencampur pakan ternak.





3.4  DEHORNING

Pemotongan tanduk pada pemeliharaan pedet masa sapih sangat perlu ditinjau dari segi keamanan karena tanduk sapi perah betina dapat merugikan karena ternak menjadi sulit untuk dikendalikan, misalnya pada saat pemberian obat, palpasi rektal (dikodok), pemberian nomor telinga dll, sehingga dapat membahayakan orang disekitarnya dan membahayakan ternak disekitarnya.
Yang perlu dipersiapkan pada pemotongan tanduk pada sapi dara atau sapi laktasi :
·         Membutuhkan alat khusus (dehorner) untuk memotong tanduk
·         Memerlukan orang yang banyak untuk membantu mengendalikan (handling) sapi.
·         Sapi mungkin stres berat akibat banyak mengeluarkan darah.
Lebih baik memotong atau menghilangkan bakal tanduk pada saat pedet berumur satu bulan karena :
·         Membutuhkan cara dan alat potong tanduk yang sederhana.
·         Mudah mengerjakannya.
·         Relative lebih mudah mengendalikan pedet.
·         Tidak memerlukan orang banyak.
Cara Memotong atau Menghilangkan Bakal Tanduk Pedet :
1.      Persiapan Alat dan Bahan
a.       Alat Potong Tanduk (dehorner) yang sederhana berjumlah lebih dari satu.
b.      Gunting
c.       Kompor atau Tungku arang sebagai sumber panas, dll.
d.      Salep antibiotic atau yodium tinktur
e.       Kapas
2.      Mengendalikan Pedet
Pedet dipegang atau dikendalikan sedemikian rupa sehingga badannya tidak dapat bergerak dan kepala mengarah petugas pemotong tanduk.
3.      Orientasi Daerah Tanduk
Agar bakal tanduk lebih mudah terlihat maka bulu disekitarnya digunting atau dibakar.
4.      Memotong Tanduk
Memotong atau menghilangkan bakal tanduk :
a.       Dehorner dipanaskan sampai ujungnya merah membara
b.      Akar tanduk dipotong atau dilepas, caranya adalah menekan kuat – kuat dan mencungkil akar tanduk dengan cepat (10 – 15 detik)
c.       Bekas akar tanduk yang berdarah diolesi salep antibiotic atau yodium tinktura.
Tujuan dehorning adalah :
Ø  Menghemat ruangan.
Ø  Kandang dan peralatan lebih awet.
Ø  Mengurangi bahaya yang mungkin terjadi pada peternak dan memberi kemudahan dalam menangani dan memelihara ternak.
Ø  Memudahkan penaganganan ternak dan mencegah timbulnya perlukaan akibat tandukan.
Ø  Mencegah terjadinya gangguan yang menyebabkan ternak menjadi tidak nyaman karena pertumbuhan tanduk yang abnormal menimbulkan berbagai hal negatif seperti timbulnya perlukaan pada bagian yang tertusuk, gangguan penglihatan yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan menjadi terhambat.
Tiga cara untuk melakukan dehorning, yaitu :
1.      Dehorning dengan bahan kimia.
2.      Dehorning dengan besi yang dipanaskan.
3.      Dehorning dengan gergaji.


1.      Dehorning dengan bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan adalah Kaustic soda dalam bentuk pasta atau  batangan seperti lilin. Bahan kimia kaustik akan mencegah pertumbuhan tanduk pada tanduk baru lahir, kurang dari satu sampai tiga minggu usia anak sapi. Kaustik ini merusak sel tanduk, sehingga tunas tanduk tidak bisa tumbuh. Langkah – langkahnya adalah sbb :
Ø  Untuk melindungi diri, kenakan sarung tangan ketika mengoleskan  bahan kimia tersebut. Untuk melindungi anak sapi, hindari aplikasi dekat matanya. Jangan gunakan kaustik saat cuaca hujan. cara ini sering dilakukan  pada pedet sebelum umur 2 minggu (3-10 hari).
Ø  Bersihkan /gunting bulu disekitar tanduk, kemudian olesi vaselin.
Ø  Oleskan / gosokkan caustic soda pada dasar calon tanduk hingga muncul  bintik-bintik darah.

2.      Dehorning dengan besi panas.
Alat ini menggunakan listrik atau sumber panas lain yang dipakai untuk mematikan/ menghilangkan tanduk, terutama untuk pedet muda (1 bulan).
Cara :
Ø  Cara menghilangkan tanduk adalah sebagai berikut, bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
Ø  Pipa besi dibakar dalam tungku lalu tempelkan bagian yang merah membara itu sehingga membakar kulit disekitar tunas tanduk. Perlakuan ini sangat cepat , hanya berlangsung sekitar 2 detik saja, jangan berlangsung lebih luka, karena bisa merusak sel otak. Tunas tanduk yang benar-benar terbakar, mudah sekali terkelupas, luka akibat pengelupasan, diobati dengan bubuk antibiotika lalu kambingnya disuntik dengan obat tetanus antitoksin. Tunas tanduk yang tercabut, tak akan menumbuhkan tanduk lagi.
Ø  Pemotongan tanduk dengan arus listrik dapat juga digunakan pada sapi muda. Suatu cincin baja yang dipanaskan dengan listrik ditekankan pada dasar tanduk sehingga membakar jaringan disekitarnya dan menahan pertumbuhan tanduk. cara ini hanya mematikan sebagian saja dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud deformasi yang disebut scur.

3.      Dehorning dengan gergaji.
Cara ini hanya dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang tanduknya sudah keras dan panjang. Cara :
Ø  Ikat ternak dengan kuar agar tidak memberontak.
Ø  Bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
Ø  Gergaji tanduk dengan hati-hati, usahan hasilnya halus.
Ø  Pemotongan dilakukan dengan menyisakan pangkal tanduk 1-2 cm.

3.5 PEMELIHARAAN PEDET DAN DARA TERNAK SAPI PERAH


Yang  dimaksud dengan sapi perah pedet  adalah  anak sapi yang baru lahir sampai  berumur kurang lebih 8 bulan.  Sapi perah pedet yang baru lahir memerlukan perawatan yang khusus, yang meliputi: ketekunan, ketelian dan keseriusan dalam segala hal apabila dibandingkan dengan pemeliharaan  sapi perah dewasa. Pemeliharaan sapi perah pedet  mulai dari lahir hingga disapih merupakan  bagian penting dalam kelangsungan usaha bidang peternakan sapi perah. Kesalahan pada saat perawatan/pemeliharaan pada usia pedet muda yaitu umur kurang dari sebulan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan sapi perah dara adalah Sapi betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pedet betina sapi perah setelah disapih sampai  dengan bunting  dan melahirkan anak pertama. Sapi pada umur 8 bulan sampai dengan umur 2 tahun.

3.6  PEMELIHARAAN PEDET TERNAK SAPI PERAH

a.      Penanganan Pedet pada saat lahir

Pedet yang baru lahir perlu mendapat perhatian secara khusus.  Sebab pedet yang baru beberapa hari atau beberapa minggu lahir dapat terjadi mati lemas, infeksi, dan lain sebagainya jika kurang diperhatikan.
1.      Menghindari Pedet Mati Lemas
Pedet yang baru saja lahir sering mengalami mati lemas, akibat pada saat lahir mulut dan lubang hidungnya tertutup lendir.  Oleh karena itu, lendir yang menutup lubang hidung dan mulut harus secepatnya dibersihkan.  Tubuh pedet dapat disiram dengan air dingin atau lidahnya ditarik supaya pedet dapat bernafas normal.  Jika dengan cara tersebut tidak berhasil, maka perlu diusahakan nafas buatan dengan cara membaringkan pedet, kemudian dilakukan massage sampai pada anggota kaki.

2. Menghindari Infeksi
Masalah kedua yang dihadapi peternak sesudah pedet itu lahir yaitu jika tali pusarnya tidak lepas. Apabila hal ini terjadi maka peternak harus segera melakukan pemotongan tali pusar dan disisakan sepanjang 7,5-10 cm.  Sisa potongan tali pusar itu diikat dengan tali yang tipis kira-kira 2,5 cm dari badan, kemudian bekas potongan tadi ditaburi sulfa-powder atau diolesi dengan obat merah untuk mencegah terjadinya infeksi scours (diare).

3. Membersihkan Lendir dan Menyusukan Pedet Secepat Mungkin
Segera sesudah pedet lahir, secara ilmiah induk akan membersihkan seluruh lendir yang menyelubungi tubuh pedet dengan cara menjilat-jilat sampai kering.  Jika induk belum melakukan hal ini, maka peternak harus melakukan pembersihan lendir tersebut secepatnya.  Sesudah lendir bersih atau lebih kurang 30 menit. Sesudah pedet lahir, biasanya pedet mulai dapat berdiri kemudian berjalan mencari puting induk dan mulai menyusu.  Jika pedet belum berhasil mencari puting induk, maka peternak harus menolong dan mengarahkan puting induk seawal mungkin. 


4. Mengupayakan Pedet Memperoleh Colostrum
Pedet yang baru saja lahir lebih baik dibiarkan bersama-sama induknya selama 24-36 jam untuk memberi kesempatan memperoleh susu pertama atau kolostrum.  Kolostrum adalah produksi susu awal yang berwarna kuning, agak kental dan berubah menjadi susu biasa sesudah 4-5 hari.  Jadi, kolostrum hanya berlangsung 4-5 hari atau bisa sampai seminggu, sesudah itu akan berubah menjadi susu biasa. 

b.      Pemberian Pakan

Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.
1.      Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Menurut Imron 2009, untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar. Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa.
Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.

2.      Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1)      Pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer
a.       Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal. Komposisi kolostrum :
Ø  Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal
Ø  Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
Ø  Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein. Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi.
Ø  Kolostrum dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu Kolostrum : Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 sampai dengan4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah (Soetarno, 2003).
b.      Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS)
Ø  Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan.
Ø  Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia antara 3 sampai 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).

2)      Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter) dan hijauan.
Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 sampai dengan 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi sampai dengansapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan. Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 sampai dengan0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 sampai dengan2 bulan.
Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 sampai dengan20%, TDN 75 sampai dengan80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked (Imron, 2009).
Manajemen Pemberian Pakan Hijauan Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 sampai dengan3 minggu.
Ø  Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
Ø  Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
Ø  Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.

Pemberian susu/ kolostrum pada sapi pedet dan pakan pada pedet, dara di BBPIBTSP Bunikasih Cianjur
BPPIBTSP Bunikasih Cianjur merupakan Balai yang tujuan utamanya adalah penghasil bibit sapi perah yang produktif.
Yang  dimaksud dengan sapi perah pedet  adalah  anak sapi yang baru lahir sampai  berumur kurang lebih 8 bulan Sedangkan sapi perah dara adalah Sapi betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pedet betina sapi perah setelah disapih sampai  dengan bunting  dan melahirkan anak pertama. Sapi pada umur 8 bulan sampai dengan umur 2 tahun.
Pemberian kolostrum pada pedet di BPPIB-TSP Bunikasih diberikan selama seminggu setelah pedet lahir. Sama halnya dengan teori yang didapat di kampus.  Tetapi apabila induk menderita radang ambing (mastitis)  atau sebab lain sehingga tidak mengeluarkan kolostrum, maka pedet harus diberi kolostrum dari induk lain atau kolostrum buatan yang terdiri dari campuran : 0,5 liter susu murni, 1 butir telur, 0,25 liter air, dan 1 sendok teh kastroli. Kolostrum buatan ini diberikan pada pedet selama 4 hari.
Pemberian pakan untuk pedet diberi kolostrum, milk replacer dan calf starter. Sedangkan untuk dara diberi hijauan dan konsentrat
Perawatan untuk pedet dimulai dari dia lahir dengan mengelap lendirnya, memotong tali pusar, melakukan pencatatan(recording), memasang eartag, memotong tanduk(dehorning). Dan perawatan untuk sapi dara yaitu memotong tanduk(dehorning), memotong kuku, memotong putting berlebih, pemberian obat dan vitamin, penanganan penyakit.

c.       Penyapihan

Pedoman pemberian susu dan pakan pada pedet hingga lepas sapih dan hal-hal yang harus di perhatikan. Abomasum pedet yang baru lahir berukuran lebih besar yaitu 70% dari total alat pencernaan. Pada saat ini  makanan yang dikonsumsi makanan cairan akan masuk eosophagus selanjutnya masuk ke abomasum dan diserap oleh abomasum.

1.               Pakan Pedet
Ø  Pakan Pedet umur 1 – 7 hari (Masa Kolostrum)
Ø  Pakan Pedet umur 1 – 9 minggu (Proses Masa Sapih) 
Ø  Untuk merangsang perkembangan rumen, pedet sebaiknya diberi makanan padat secepatnya.

Pemberian makanan formula (calf starter) dan hijauan kering kualitas tinggi yang diberikan lebih awal, perkembangan daya ruminasia akan lebih cepat, karena makanan padat terlebih dahulu akan masuk ke rumen dan merangsang perkembangan rumen.

Ø  Pemberian calf starter dan hay / rumput kering dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan).  Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus dan bentuk ukuran kecil untuk mempermudah dalam pencernaan. Hal ini ditujukan untuk  membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20 %, TDN 75 – 80 % ( Ca dan P, 2 banding 1 ) kondisi segar. 
Ø  Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
Ø  Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.

Ciri-ciri pedet lepas sapih
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila :
·         Sudah tidak lagi menyusu pada induknya
·         Bobot badan sudah mencapai kurang lebih 60 kg
·         Pedet dalam kondisi sehat dan sudah mengkonsumsi konsentrat formula pedet (calf starter) sebanyak 0,5 kg/hari atau lebih dan 1,4 - 1,8 kg hijauan setiap harinya.
·         Kandangnya sudah dipisah dari induknya
·         Umur tidak menjadi indikator pedet siap di sapih.




Penyapihan pedet
Menyapih ( menghentikan pemberian susu ) adalah proses pengenalan dengan sumber
pakan dewasa dan perlahan lahan menghentikan pemberian air susu
Tujuan penyapihan :
Ø  Sebagai  Persiapan replacement indukan
Ø  Untuk penghematan biaya pembesaran pedet
Ø  Meningkat kan volume susu yang dijual

Prosedur penyapihan pedet
Ø  Proses Penyapihan dimulai secara bertahap dimulai 20 hari sebelum penyapihan.
Ø  Apabila dilakukan penyapihan pedet harus dalam kondisi sehat
Ø  Kandang yang diperlukan untuk pedet lepas sapih berupa kandang sistem kelompok di dalam kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan.
Ø  Pakan pedet yang disapih diantaranya adalah rumput kering (hay) konsentrat (calf starter) dan air minum yang terseda secara adlibitum (terus menerus).
Ø  Kebersihan kandang di lakukan secara rutin dan di lakukan dengan membersihkan lantai kandang, tempat minum, tempat pakan dan lingkungan sekitar kandang agar pedet tetap sehat.


Penyapihan di BPPIBTSP Bunikasih
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Pedet yang baru lahir membutuhkan perawatan khusus, ketelitian, kecermatan dan ketekunan dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa. Pemeliharaan pedet mulai dari lahir hingga disapih merupakan bagian penting dalam kelangsungan suatu usaha peternakan sapi perah. Kesalahan dalam penanganan dan pemeliharaan pada pedet muda dengan umur 0-3 minggu dapat menyebabkan pedet mati lemas saat lahir, lemah, infeksi dan sulit dibesarkan.
Menyapih ( menghentikan pemberian susu ) adalah proses pengenalan dengan sumber pakan dewasa dan perlahan lahan menghentikan pemberian air susu. Penyapihan dilakukan pada umur lebih dari 4 bulan, setelah lepas sapih dilakukan judging (seleksi), dan pada umur 6 bulan judging dilakukan dengan melihat silsilah dan performa, kemudian pada umur 8 bulan dilakukan judging dengan melihat RHA (tingkat kemurnian).
RHA dirumuskan :      
Standar nilai RHA di bunikasih adalah 83%, sedangkan standar nasioal RHA di Indonesia adalah 70-80%. Bunikasih menggunakan nilai RHA yang lebih tinggi dari SNI karena Bunikasih merupakan balai Pembibitan dan pengembangan  sehingga mencari tingkat kemurnian setinggi mungkin.

3.7  RECORDING

Pengertian Recording
Recording adalah suatu rangkaian kegiatan pencatatan kejadian-kejadian dan informasi-informasi penting  tentang individu atau sekelompok individu ternak dan keluaran dari recording ini adalah KARTU RECORDING.
Di Indonesia Recording ini sudah dilakukan oleh perusahaan peternakan dalam skala besar dengan oreintasi bisnis dan keuntungan. Namun peternak skala kecil/peternak rakyat belum melakukan recording tersebut. Ada 2 kemungkinan peternak rakyat ini belum/tidak melakukan recording yaitu tidak tau atau tidak mau. Jika peternak tersebut dengan alasan tidak tau itu berarti penyuluhan di daerah tersebut masih sangat kurang. Sebenarnya untuk penyuluhan tentang recording tersebut tidak hanya bisa dilakukan dengan tatap muka tetapi bisa juga lewat media cetak ataupun media elektronik. Tapi jika dengan alasan tidak mau karena gak ada biaya/tidak ada tenaga/enggan berarti kelompok peternak tersebut tidak beroreintasi ke arah bisnis/keuntungan.
Padahal manfaat dari recording tersebut sangat menguntungkan bagi peternak antara lain sebagai berikut 
Ø  Memudahkan peternak mengingat kejadian-kejadian penting tentang ternaknya tanpa mengenal batas waktu;
Ø  Informasi yang diperoleh dari recording dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen pemeliharaan sapi perah ;
Ø  Recording merupakan dasar evaluasi manajemen sapi perah.
Ø  Dan manfaat Recording dalam manajemen kesehatan, kita bisa mengetahui dengan tepat riwayat kesehatan dan penanganannya.

Membuat Kartu Pedet
Data yang diperlukan adalah : 
Ø  Bangsa pedet 
Ø  Tanggal lahir
Ø  Berat badan waktu lahir
Ø  Nama induk
Ø  Nama pejantan/bapak
Ø  Menggambar pedet samping kanan dan kiri pedet   
Kartu Sapi Dewasa 
Ø  Bangsa Sapi 
Ø  Tanggal lahir
Ø  Berat badan waktu lahir
Ø  Keturunan induk & pejantan
Ø  Umur pertama kali dikawinkan…….hr
Ø  Umur pertama melahirkan……..hr  
Ø  Data produksi hasil susu per hari, bulan dan tahun 
Ø  Pencatatan Data Reproduksi dan Kesehatan

Data yang dicatat adalah Untuk sapi dara:
Ø  Tanggal perkawinan pertama
Ø  Umur waktu kawin pertama….. Hari
Ø  Berat badan ………kg
Ø  Tanggal birahi berikutnya……,tanggal kawin …… ,jarak birahi……(hari)
Ø  Tanggal pemeriksaan terjadinya bunting……..
Ø  Tanggal perkiraan melahirkan…………
Ø  Tanggal melahirkan……………………
Ø  Berat badan waktu melahirkan…………….. 
Ø  Pemberian identitas ternak dgn no telinga (eartage)
Rekording di BPPIBTSP
Recording yang digunakan pada BPPIBTSP Bunikasih meliputi 
1.      Nama (aer tag)
2.      Tanggal lahir
3.      Bobot lahir
4.      Silsilah (pedigree)
5.      Jenis kelamin
6.      Jenis pakan
7.      Jumlah pakan yang diberikan
8.      Keterangan (lain-lain)
9.      Bangsa sapi
Recording sangat penting untuk sebuah peternakan karena dapat membantu tatalaksana pemeliharaan ternak khususnya ternak sapi perah. Recording juga berfungsi sebagai sumber informasi tentang segala hal yang ada didalam peternakan tersebut dan sebagai evaluasi peternak terhadap peternakannya untuk menjadi peternakan yang lebih baik dan mendapatkn banyak keuntungan. Namun, pada BPPIBTSP Bunikasih recording sangat penting untuk menilai bibit / bakalan yang unggul, karena di BPPIBTSP Bunikasih yang paling diutamakan adalah bukan keutungan dari hasil penjualan susu tapi yang paling utama adalah mendapatkan bibit yang unggul dari seleksi beberapa bibit yang ada disana, dengan melihat pedigree, bobot badan pada saat lahir, perkembangan ternak sapi / bulan, dan dari bentuk fisik.


3.8      CARA MEMILIH BIBIT TERNAK SAPI PERAH

a.       Standar bibit sapi perah betina
Berdasarkan standar naisonal Indonesia (SNI) nomor 2735 tahun 2008 tentang bibit sapi perah indonesia, maka kreteria bibit sapi perah adalah :
1.      Memenuhi persyaratan kualitatif
·         Memiliki silsilah yang jelas satu atau dua generasi diatasnya : nama, nomor dan performa dari ternak dan tetua penurunnya
·         Bebas dari penyakit menular yang dinyatakan dengan surat keterangan pejabat yang berwenang
·         Tidak memiliki cacat fisik, memiliki alat reproduksi normal, bentuk ideal (tipe sapi perah) serta struktur kaki dan kuku yang kuat

2.      Memenuhi persyaratan kuantitatif
·         Umur 15 – 20 bulan
·         Tinggi pundak minimal 115 cm
·         Berat badan minimal 300 kg
·         Lingkar dada minimal 155 cm


b.      Cara mendapatkan bibit ternak sapi perah betina
Ada dua cara untuk mendapatkan bibit sapi perah yang baik yaitu :
1.      Melaksanakan program rearing atau memelihara sapi sejak lahir secara terprogram dengan tujuan mendapatkan sapi yang memiliki kaki yang kuat serta ambing dan alat pencernaan yang berkembang baik, produksi susu yang optimal akan tercapai bila sapi tersebut memiliki kondisi tubuh yang sehat, kaki yang kuat dan perkembangan ambing yang baik serta kemampuan makan yang baik pula.

2.      Mendatangkan atau membeli ternak sapi perah bibit, baik dari daerah lain di dalam negeri atau impor.


c.       Cara memilih bibit sapi perah yang baik
Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memilih bibit ternak sapi perah :
1.      Memenuhi kreteria ternak sapi perah, tidak memiliki ciri ternak sapi potong :
·         Bentuk tubuh sapi perah seperti baji atau trapesium, bagian belakang melebar kesegalan arah sehingga terdapat kebebasanuntuk pertumbuhan ambing.
·         Bentuk sapi potong berbentuk segi empat, lurus dan padat, dalam dan lebar.

2.      Memenuhi kriteria sebagai sapi friesien Holstein :
·         Kepala panjang, dahi seperti cawan, moncong luas
·         Warna tubuh :
-          Hitam putih dengan batas jelas
-          Sapitidah berwarna hitam seluruhya atau putih seluruhnya
-          Tidak boleh ada cacat warna antara lain : salah satu kaki dilingkari dengan suatu lingkaran penuh yang berwarna hitam yang menyentuh kuku, ada bercak hitam pada salah satu kakinya yang memanjang mulai dari kukunya dan keatas sampai batas atau melampaui persendian lutut
-          Pada dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga
-          Pada keempat bagian bawah kaki berwarna putih
-          Ujung ekor berwarna putih



3.      Memenuhi kriteria sebagai sapi FH betina yang berkemampuan memproduksi susu yang tinggi.
·         Penampilan umum : kepala halus, tegak dan tidak jatuh, telinga menghadap ke depan dan tegak, mata yang jernih dan waspada, leher pipih dan licin, bulu mulus tidak kasar khususnya di atas pinggul dan di atas bahu / pundak, ambing tumbuh baik, ada 4 putting pada posisi yang simetris.
·         Punggung lurus yang mencerminkan kekuatan untuk menopang organ-organ tubuh.
·         Posisi sapi persegi dibawah badan sapi, kaki yang pipih dan panjang proporsional, kuku yang solid tidak retak dan tidak panjang.

4.      Pastikan bahwa ternak spi tersebut :
·         Bukan berasal dari kelahiran kembar jantan dan betina (freemartin)
·         Kondisi sehat dan bergizi baik.



Pengukuran ternak
Pengukuran berat badan ternak umumnya dilakukan untuk mengetahui perkembangan ternak sehingga dapat dimonitor dampak dari satu intervensi teknologi atau perbaikan manajemen. Berat badan dapat dijadikan salah satu indikator untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Perubahan ukuran tubuh ternak dapat dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ternak. Perubahan pada ukuran tubuh ternak menunjukkan apakah ternak mengalami pertumbuhan atau tidak. Pengukuran tubuh ternak juga digunakan untuk menjadi acuan pada peternak apakah ternak tersebut layank untuk menjadi bibit ang unggul atau tidak.

Alat dan bahan
a.       Tongkat ukur
b.      Pita ukur
c.       Sapi
d.      Buku dan bolpoin

Bagian tubuh yang diukur
1.      Pengukuran lingkar dada diukur pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada badan.
2.      Tinggi badan adalah jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba atau di belakang punuk.
3.      Panjang badan adalah panjang dari titik bahu ketulang duduk (pin bone).
4.      Dalam dada adalah pengukuran yang dilakukan dengan mengukur dari bawah dada sampai punuk.
5.      Lingkar scrotum yaitu mengukur seluruh lingkar scrotum, tepatnya pengukuran dilakukan ditengah scrotum secara horizontal.
6.      Lebar pinggul yaitu jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan kanan.
7.      Lingkar dada yaitu diukur pada dada serta merata atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
8.      Lebar panggul yaitu jarak terlebar sisi luar kiri dan kanan tulang pelbis melalui os sacrum.
9.      Panjang pinggul yaitu pengukuran dari tulang tuber coxae sampai ke pangkal ekor.















BAB IV

PENUTUP

4.1       KESIMPULAN


BPPIBTSP Bunikasih Cianjur merupakan Balai yang tujuan utamanya adalah penghasil bibit sapi perah yang produktif  tetapi selain itu juga melakukan tata laksana pemeliharaan meliputi: pemotongan tanduk (dehorning), pemasangan eartag dan melakukan pencatatan (recording). Pemotongan tanduk di BPPIB Bunikasih dilakukan pada pedet dan dara dengan menggunakan electrik dehorner pada pedet dan tang barnes pada sapi dara.
Adapun kesimpulan yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut :
v  Pemotongan tanduk adalah bentuk tindakan untuk domestikasi sapi perah.
v  Perlakuan dehorning dilakukan dengan mengunakan 3 metode yaitu : dengan besi panas, bahan kimia, dan gergaji.
v  Dehorning adalah tindakan yang dilakukan pada ternak untuk menghilangkan atau memotong tanduk.
v  Pemasangan eartag pada pedet menggunakan eartag applicator guna memberi identitas pada ternak.
v  Perkandangan merupakan penunjang berhasilnya usaha peternakan
v  Recording memudahkan peternak mengingat kejadian-kejadian penting tentang ternaknya tanpa mengenal batas waktu;
v  Informasi yang diperoleh dari recording dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen pemeliharaan sapi perah ( evaluasi )

4.2       SARAN

Untuk Mahasiswa :
v  Mahasiswa harus lebih aktif mencari informasi/keterangan mengenai peternakan tersebut.
v  Mahasiswa harus mengikuti kegiatan dengan seksama.
v  Sebaiknya dalam perlakuan pemotongan tanduk sapi dalam keadaan tenang dan terrestrain dengan baik.
v  Untuk mencegah luka pada dehorning dengan besi panas dan caustic soda sebaiknya gunakan anti biotic atau septic untuk menghindari terjadinya infeksi.
v  Sebaiknya setelah melakukan dehorning dan pemasangan ear tag ternak sapi di perhatikan agar tingkat stress nya rendah

Untuk Peternakan :
v  Penataan strategis tempat harus lebih tepat yaitu kantor peternakan harus terletak lebih tinggi dari kandang.
v  Menambah populasi ternak sapi perah.
v  Memanfaatkan feces secara optimal dengan mengaktifkan kembali sistem biogas yang sebelumnya sudah dilakukan.
v  Untuk meminimalis pengeluaran biaya produksi sebaiknya dilalukan penyusunan ransum sendiri.






DAFTAR PUSTAKA


Mtp-ppt-recording-p-usaha-ternak-perah.pdf
dwisebsiono.blogspot.in/2012/08/perkandangan-sapi-perah.html?m=1
ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/pu/psds/pengukuran.pdf
ketekdekil.blogspot.in/2011/02/dehorning.html?m=1
wasbitnak-bkl.blogspot.in/2014/05/recording-pencatatan-ternak_6.html?m=1

 


 


 


 


 

1 komentar: