KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
taufik dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun laporan kunjungan ini. Sebagai tanda
bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek penelitian.
Ucapan terimakasih tentulah tak lupa kami ucapkan
kepada pihak –pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Ucapan
terimakasih khususnya kami sampaikan kepada:
1.
Bapak Satya Gunawan dan bapak Rulli
Basuni selaku dosen pembimbing mata kuliah tata laksana pemeliharaan sapi
perah;
2.
Orangtua yang selalu memberi dukungan
material maupun spiritual;
3.
Rekan-rekan seperjuangan selaku pemberi
motivasi dan semangat;
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat
untuk diri kami khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
PPPPTK Pertanain Cianjur mengadakan kunjungan industri bagi
mahasiswa jurusan Agribisnis Sapi Perah, pada kesempatan ini kami mengunjungi
Balai Perbibitan Peternakan Inseminasi Buatan. Latar belakang diadakannya
kunjungan industri ini agar Mahasiswa mengenal dunia kerja ataupun dunia
peternakan. Selain itu Mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh tentang cara pemeliharaan sapi
perah pedet dan dara yang baik diantaranya (recording, pemberian pakan,
dehorning, perkandangan dan pemasangan ear tag). Mahasiswa juga diharapkan tidak menganggap kunjungan ini
sebagai rekreasi tetapi menganggap kunjungan ini sebagai sarana belajar untuk
lebih mudah mengenal dunia peternakan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
v Bagaimana
cara penangana pasca melahirkan ?
v Bagaimana
cara meberikan colostrum kepada pedet saat baru lahir ?
v Bagaimana
cara membedakan bentuk dan jenis kandang ?
v Bagaimana
cara penyapihan pedet dengan baik ?
v Bagaimana
cara pemberian pakan yang sesuai ?
v Bagaimana
cara dehorning dengan baik ?
v Bagaimana
cara penerapan recording di peternakan ?
v Bagaimana
cara seleksi bibit sapi perah ?
v Bagaimana
cara mengukur ternak ?
Mengetahui, mempelajari serta
mempraktekkan tentang tata cara pemeliharaan sapi perah pedet dan dara.
1.
Bagi Mahasiswa
v Mendapat gambaran saat akan bekerja di peternakan atau ingin membuat
peternakan sendiri.
v Mahasiswa
dapat melakukan pemotongan tanduk, memasang eartag, dan
melakukan rekording.
v Mahasiswa
dapat mengaplikasikan teori ke dalam industri sapi
perah.
v Mahasiswa dapat handling sapi perah secara tepat dan benar.
2. Bagi Universitas
v Universitas dapat mengajak mahasiswa belajar secara langsung di lapangan
untuk menambah wawasan.
3. Bagi Balai Pengembangan
Pembibitan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah
v Dapat berbagi ilmu dengan para mahasiswa.
v Mengajak dan memperlihatkan cara pemotongan tanduk, memasang eartag, dan melakukan rekording yang
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEJARAH
SINGKAT BALAI PERBIBITAN PETERNAKAN INSEMINASI BUATAN
Pada awalnya (BPPIB-TSP) Bunikasih bernama Taman Ternak
Ciseureuh yang berdiri sejak tahun 1952 atas prakarsa Drh. Soedjino
Koesoemayardjo yang saat ini menjabat sebagai Kepala Jawatan Kehewanan Priangan Jawa Barat. Lokasi Taman
Ternak Ciseureuh tersebut adalah Kampung Ciseureuh Desa Palasari Kecamatan
Pacet kabupaten Cianjur. Kegiatan utamanya adalah budidaya sapi perah, domba,
kelinci, dan unggas. Sejak tahun 1964 seluruh tanggung jawab diserahkan kepada
Dinas Peternakan Provinsi Daerah tingkat I Jawa Barat. Pada tahun 1983
statusnya menjadi UPDT dengan nama Balai Pengembangan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak ( BPT-HMT) Ciseureuh.
Pada tahun 1995 dilaksanakan ruislag (tukar guling). Seluruh
lokasi farm dan lahan rumput BPT-HMT Ciseureuh dipindahkan ke Desa Bunikasih
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Hanya kantor BPT-HMT Ciseureuh saja
yang tidak ikut ditukar guling yang sekarang menjadi tempat peristirahatan atau
Villa Ciseureuh. Pada tahun 1999 namanya dirubah menjadi UPDT Balai
Pengembangan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak ( BPT-HMT) Ternak Sapi Perah
Bunikasih.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2002, namanya
dirubah menjadi UPDT balai pengembangan dan pembibitan ternak sapi perah (BPPIB-TSP) Bunikasih.
Berdasarkan keputusan gubernur nomor 119 tahun 2010 tentang tugas pokok,
fungsi, rincian tugas unit dan tata kerja unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di
Lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat maka BPPIB-TSP Bunikasih
mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksakan sebagian fungsi dinas peternakan
provinsi Jawa Barat dibidang perbibitan dan pengembangan inseminasi buatan (IB)
sapi perah.
BPPIB TSP Bunikasih berada pada posisi geografis 1070 03’
BT dan 60 50’ LS dengan ketinggian kurang lebih 900 m dari permukaan
laut. Suhu 18 – 220 C dan kelembapan 85 %. Curah hujan 266mm per
tahun (musim hujan) dan 51 mm per tahun (musim kemarau). Saat ini lokasi BPPIB
TSP Bunikasih masuk ke dalam dua wilayah administratif di Kabupaten Cianjur,
yaitu:
Kampung
padalengsar Bunikasih Kecamatan Warungkondang seluas 162.290 m2
Desa
Padaluyu Kecamatan Cugenang seluas 59.930 m2.
Dalam rangka pengembangan IB, BPPIB TSP Bunikasih mempunyai
program untuk dapat menghasilkan pedet jantan umur 12 bulan yang berstatus
bakal calon pejantan unggul. Pada tahun 2013 sapi pejantan NT 1201 (Putera
Willson) yang merupakan hasil dari ahli janin (embrio transfer) sudah dinilai
oleh komisi bibit ternak nasional. Sapi tersebut sudah masuk dalam daftar
nominasi bakal calon pejantan unggul, walau gagal dalam uji tingkat terakhir.
Pada tahun mendatang diharapkan BPPIB TSP Bunikasih sudah mampu menghasilkan
bakal calon pejantan unggul sehingga dapat diikut sertakan pada program uji zuriat nasional.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Populasi
Populasi sapi di Balai Pembibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan –
Ternak Sapi Perah Bunikasih, Cianjur adalah 134 ekor. Terdiri dari 46 ekor sapi
laktasi (diperah dengan manual 22 ekor dan dengan mesin 24 ekor), 27 ekor
pedet, 61 ekor dara.
Pada awal
penanganan pada sapi ditandai dengan adanya penjinakan (domestikasi), hal ini
di lakukan karena sapi perah pada dasarnya adalah hewan yang liar yang sengaja
di jinakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sapi adalah hewan yang di domestikasi oleh
manusia ke dua setelah kuda, kemungkinan awal domestikasi di lakukan di eropa
dan asia pada tahun 6000 SM.
Pemotongan
tanduk (dehorning), pemasangan eartag dan
pencatatan (recording) pada sapi perah adalah salah satu bentuk
domestikasi pada sapi perah, untuk memudahkan dalam penanganan dan pengendalian (handling)
sapi perah dalam melakukan kegiatan seperti : pemberian obat, memandikan sapi,
pemotongan kuku , dan lainnya. Selain itu ini adalah cara untuk menjaga
keamanan peternak dan ternak lainya agar tidak terluka serta agar sapi tersebut
tidak agresif.
3.2 Kandang Pedet Dan Dara
a.
Pengertian Kandang
Kandang sapi perah adalah kandang yang dirancang untuk
hidup sapi dalam proses usaha pembibitan dan produksi susu pada periode
tertentu, mulai dari pedet, sapi dara dan sapi dewasa secara baik, aman, sehat,
dan cukup pergerakan, sehingga sapi dapat hidup secara leluasa produktif dan
masa hidupnya lebih panjang.
Fungsi dari kandang adalah sebagai berikut :
Ø
Tempat tinggal ternak dan tempat kerja
peternak.
Ø Tempat
perlindungan ternak yang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi ternak.
Ø Tempat
istirahat setelah melakukan aktifitas.
Ø Memudahkan
dalam pengawasan.
Ø Memudahkan
dalam tata laksana seperti : pemberian pakan dan minum, penanganan kotoran,
penanganan kesehatan.
b.
Persyaratan Kandang
Dalam mendirikan sebuah kandang harus memperhatikan
persyaratan berikut :
1. Lokasi
yang strategis
Lokasi yang strategis artinya dalam membuat sesuai
kandang kita harus melihat dulu ternak apa yang kita pelihara. Untuk sapi perah
umumnya dipelihara di daerah dataran rendah ( 100 – 500 meter ) diatas
permukaan laut dengan suhu 24 – 34 O
Celcius serta kelembapan 60 – 90%.
2. Transportasi
mudah
Transportasi mudah artinya dapat dijangkau oleh
kendaraan.
3. Dekat
sumber air
Air adalah komponen yang sangat penting dalam dunia
peternakan baik untuk minum ternak dan membersihkan kandang. Jadi dalam membuat
suatu kandang harus memperhatikan aspek adanya air yang mudah dijangkau.
4. Jauh
dari pemukiman
Peternakan sebaiknya dibangun jauh dari pemukiman
karena dapat merugikan masyarakat yang tinggal dekat peternakan akibat suara
bising dan bau yang tidak sedap dari peternakan tersebut. Peternakan juga
membutuhkan suasana yang tidak terlalu bising karena dapat membuat ternak
stress.
5. Dekat
dengan sumber pakan
Selain air minum yang dibutuhkan oleh ternak, ternak
juga membutuhkan pakan sebagai sumber energinya. Jadi dalam mendirikan kandang
harus memperhatikan aspek apakah dekat dengan sumber pakan atau tidak ? pakan
merupakan salah satu komponen terpenting dalam pemeliharaan ternak khususnya
sapi perah.
6. Cukup
subur tanah disekitarnya
Selain memperhatikan aspek yang diatas kondisi tanah
yang berada disekitar kandang harus diperhatikan. Selain mengandalkan pakan
dari luar, kita harus memperhatikan juga hijauan pakan yang kita tanam. Hijauan
pakan tanaman agar tumbuh dengan bagus dan menghasilkan komponen utama (
karbohidrat, protein dan lemak ) memerlukan tanah yang subur. Jadi perhatikan
juga pH tanah dan kesuburan tanah yang ingin didirikan kandang.
7. Lokasi
bebas dari penyakit
Penyakit merupakan keadaan yang menyimpan dari faal
makhluk hidup. Dalam dunia peternakan penyakit bukanlah hal yang luar biasa
karena sering dialami. Tetapi dalam mendirikan suatu kandang perlu juga
memperhatikan daerahnya, apakah dari tersebut endemic suatu penyakit tertentu
? jika endemic ‘Anthrax’ kita prlu
berpikir dua kali untuk medirikan kandang di daerah tersebut karena berdampak
buruk pada budidaya ternak yang kita pelihara.
8. Cukup
mendapatkan sinar matahari
Sinar matahari sering dianggap hal yang sepele tetapi
ketercukupan mendaptkan sinar matahari bagi ternak berdampak pada pertumbuhan
tulang ternak. Jadi dalam pembuatan kandang harus memperhatikan posisi terbit
dan terbenamnya matahari. Sebainya membuat kandang dengan posisi timur – barat.
9. Ventilasi kandang
berfungsi
dengan baik. Udara masuk dan keluar kandang dengan lancar. Hindarkan angin
bertiup langsung ke arah sapi perah.
- Konstruksi
kandang
Lantai miring ke arah saluran
pembuangan dan tidak licin. Dengan demikian, kotoran kandang mudah dibersihkan dengan
air dan tidak ke got. Selain itu, kebersihan kandang selalu terjaga. Kemiringan
lantai hendaknya sebesar 5º atau 0,5% dan 2% masing-masing untuk kandang sapi
laktasi dan dara
Bahan-bahan kandang tidak mempersukar
kerja, pembersihan kandang dan pembasmian parasit.
Konstruksi kandang di dataran tinggi
dan rendah sebaiknya memperhatikan temperatur udara yang terjadi di dalam
kandang.
11.
Kebersihan
Kandang
sapi perang harus selalu kering dang higienis agar kesehatan sapi-sapi nan
dipelihara tetap terjamin. Terlebih jika sewaktu-waktu sapi-sapi dalam kandang
ingin berbaring. Jika sapi-sapi tersebut berbaring di loka nan kotor dan
lembap, bisa menyebabkan sapi tadi sakit, bahkan mengalami gangguan pernapasan.
Untuk
menghindari alas kandang nan menjadi basah, peternak harus memikirkan cara buat
menyiasatinya. Misalnya dengan membuat alas kandang dari bahan nan keras dan
letaknya agak miring. Namun, pastikan juga alas kandang nan dibuat ini tak
licin sehingga tak ada kemungkinan sapi tadi tergelincir. Bahan buat alas
kandang ini dianjurkan dibuat dari semen dan batu-batuan saja.
c.
Bentuk kandang
Dilihat dari bentuk kandangnya, kandang dibagi dua :
1.
Kandang Tunggal
Artinya penempaan sapi dilakukan pada satu baris (
di sebelah kiri atau di sebelah kanan) atau satu jajaran.
2.
Kandang Ganda
Artinya penempatan
ternak ( sapi ) dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau bertolak
belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
d.
Ukuran Kandang
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Ø Ukuran
pedet 1,5 x 1,0 meter / ekor. Dengan tinggi 1,25 – 1,5 meter.
Ø Ukuran
Dairy 1,8 meter x 2 meter atau 2,25 meter x 1,5 meter.
Adapun referensi lain menggunakan ‘ST’ atau Satuan
Ternak ( daya tamping pengembalaan):
Untuk sapi perah adalah = 3,5 – 4 m2
Sapi
/ kerbau
|
Umur
( tahun )
|
Satuan
Ternak
|
2,5
|
1,0
|
|
1-
2,5
|
0,5
|
|
<
1,0
|
0,25
|
Contoh
:
Luas
tanah untuk membuat kandang adalah 68 m2. Berapa ekor betina dewasa,
dara dan pedet yang mampu dipelihara ?
Jawab
:
Betina
Dewasa = 68 / 4 = 17 ekor
Dara
= 68 / 2 = 34 ekor
Pedet
= 68 / 1 = 68
ekor.
e.
Tipe Kandang
1. Kandang
Koloni
Merupakan kandang yang hanya terdiri dari suatu
bagunan atau satu ruangan tetapi digunakan untuk memelihara ternak.
2. Kandang
Individu
Merupakan kandang tunggal yang hanya terdiri dari
satu bangunan atau satu ruangan yang digunakan untuk memelihara ternak satu
ekor .
3.3 Peralatan Perkandangan Pedet dan Dara
a)
Peralatan
Perkandangan
Peralatan
kandang meliputi :
1. Sekop
2. Sapu
3. Cangkul
4. Ember
5. Sikat
6. Kereta
dorong
7. Parang
8. Sabit,
tali, chopper, dll
Peralatan
pendukung :
1. Peralatan
kesehatan meliputi : gunting kuku, rennet, drencing gun, trokar dan alat suntik.
2. Sarana
angkutan meliputi : mini taktor, hand traktor, kendaraan roda dua, dll.
3. Mixer
meliputi : mesin pencampur pakan ternak.
3.4 DEHORNING
Pemotongan
tanduk pada pemeliharaan pedet masa sapih sangat perlu ditinjau dari segi
keamanan karena tanduk sapi perah betina dapat merugikan karena ternak menjadi
sulit untuk dikendalikan, misalnya pada saat pemberian obat, palpasi rektal
(dikodok), pemberian nomor telinga dll, sehingga dapat membahayakan orang
disekitarnya dan membahayakan ternak disekitarnya.
Yang perlu
dipersiapkan pada pemotongan tanduk pada sapi dara atau sapi laktasi :
·
Membutuhkan alat khusus (dehorner)
untuk memotong tanduk
·
Memerlukan orang yang banyak untuk
membantu mengendalikan (handling) sapi.
·
Sapi mungkin stres berat akibat banyak
mengeluarkan darah.
Lebih baik
memotong atau menghilangkan bakal tanduk pada saat pedet berumur satu bulan
karena :
·
Membutuhkan cara dan alat potong tanduk
yang sederhana.
·
Mudah mengerjakannya.
·
Relative lebih mudah mengendalikan
pedet.
·
Tidak memerlukan orang banyak.
Cara Memotong
atau Menghilangkan Bakal Tanduk Pedet :
1. Persiapan Alat
dan Bahan
a. Alat Potong
Tanduk (dehorner) yang sederhana berjumlah lebih dari satu.
b. Gunting
c. Kompor atau
Tungku arang sebagai sumber panas, dll.
d. Salep antibiotic
atau yodium tinktur
e. Kapas
2. Mengendalikan
Pedet
Pedet dipegang
atau dikendalikan sedemikian rupa sehingga badannya tidak dapat bergerak dan
kepala mengarah petugas pemotong tanduk.
3. Orientasi
Daerah Tanduk
Agar bakal
tanduk lebih mudah terlihat maka bulu disekitarnya digunting atau dibakar.
4. Memotong Tanduk
Memotong atau
menghilangkan bakal tanduk :
a. Dehorner
dipanaskan sampai ujungnya merah membara
b. Akar tanduk
dipotong atau dilepas, caranya adalah menekan kuat – kuat dan mencungkil akar
tanduk dengan cepat (10 – 15 detik)
c. Bekas akar tanduk
yang berdarah diolesi salep antibiotic atau yodium tinktura.
Tujuan dehorning adalah :
Ø Menghemat ruangan.
Ø
Kandang
dan peralatan lebih awet.
Ø
Mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi pada peternak dan memberi kemudahan dalam menangani
dan memelihara ternak.
Ø
Memudahkan
penaganganan ternak dan mencegah timbulnya perlukaan akibat tandukan.
Ø Mencegah terjadinya gangguan yang
menyebabkan ternak menjadi tidak nyaman karena pertumbuhan tanduk yang abnormal
menimbulkan berbagai hal negatif seperti timbulnya perlukaan pada bagian yang
tertusuk, gangguan penglihatan yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan
menjadi terhambat.
Tiga cara untuk melakukan dehorning,
yaitu :
1. Dehorning dengan bahan kimia.
2.
Dehorning
dengan besi yang dipanaskan.
3. Dehorning dengan gergaji.
1.
Dehorning
dengan bahan kimia.
Bahan kimia yang digunakan adalah Kaustic soda dalam bentuk
pasta atau batangan seperti lilin. Bahan kimia kaustik akan mencegah
pertumbuhan tanduk pada tanduk baru lahir, kurang dari satu sampai tiga minggu
usia anak sapi. Kaustik ini merusak sel tanduk, sehingga tunas tanduk tidak
bisa tumbuh. Langkah – langkahnya adalah sbb :
Ø Untuk melindungi diri, kenakan
sarung tangan ketika mengoleskan bahan kimia tersebut. Untuk melindungi
anak sapi, hindari aplikasi dekat matanya. Jangan gunakan kaustik saat cuaca
hujan. cara ini sering dilakukan pada pedet sebelum umur 2 minggu (3-10
hari).
Ø Bersihkan /gunting bulu disekitar
tanduk, kemudian olesi vaselin.
Ø Oleskan / gosokkan caustic soda pada
dasar calon tanduk hingga muncul bintik-bintik darah.
2.
Dehorning
dengan besi panas.
Alat ini menggunakan listrik atau sumber panas lain yang
dipakai untuk mematikan/ menghilangkan tanduk, terutama untuk pedet muda (1
bulan).
Cara :
Ø Cara menghilangkan tanduk adalah
sebagai berikut, bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah
tersebut dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
Ø Pipa besi dibakar dalam tungku lalu
tempelkan bagian yang merah membara itu sehingga membakar kulit disekitar tunas
tanduk. Perlakuan ini sangat cepat , hanya berlangsung sekitar 2 detik saja,
jangan berlangsung lebih luka, karena bisa merusak sel otak. Tunas tanduk yang
benar-benar terbakar, mudah sekali terkelupas, luka akibat pengelupasan,
diobati dengan bubuk antibiotika lalu kambingnya disuntik dengan obat tetanus
antitoksin. Tunas tanduk yang tercabut, tak akan menumbuhkan tanduk lagi.
Ø Pemotongan tanduk dengan arus
listrik dapat juga digunakan pada sapi muda. Suatu cincin baja yang dipanaskan
dengan listrik ditekankan pada dasar tanduk sehingga membakar jaringan
disekitarnya dan menahan pertumbuhan tanduk. cara ini hanya mematikan sebagian
saja dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud
deformasi yang disebut scur.
3. Dehorning dengan gergaji.
Cara ini hanya dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang
tanduknya sudah keras dan panjang. Cara :
Ø Ikat ternak dengan kuar agar tidak
memberontak.
Ø Bulu disekitar tanduk digunting
bersih, dan cuci daerah tersebut dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas
bersih.
Ø Gergaji tanduk dengan hati-hati,
usahan hasilnya halus.
3.5 PEMELIHARAAN PEDET DAN DARA TERNAK SAPI PERAH
Yang dimaksud dengan sapi perah pedet
adalah anak sapi yang baru lahir
sampai berumur kurang lebih 8
bulan. Sapi perah pedet yang baru lahir
memerlukan perawatan yang khusus, yang meliputi: ketekunan, ketelian dan
keseriusan dalam segala hal apabila dibandingkan dengan pemeliharaan sapi perah dewasa. Pemeliharaan sapi perah
pedet mulai dari lahir hingga disapih
merupakan bagian penting dalam kelangsungan
usaha bidang peternakan sapi perah. Kesalahan pada saat perawatan/pemeliharaan
pada usia pedet muda yaitu umur kurang dari sebulan dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan sapi
perah dara adalah Sapi
betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pedet betina
sapi perah setelah disapih sampai dengan
bunting dan melahirkan anak pertama. Sapi pada umur 8 bulan sampai dengan
umur 2 tahun.
3.6 PEMELIHARAAN PEDET TERNAK SAPI PERAH
a. Penanganan Pedet pada saat lahir
Pedet yang
baru lahir perlu mendapat perhatian secara khusus. Sebab pedet yang baru
beberapa hari atau beberapa minggu lahir dapat terjadi mati lemas, infeksi, dan
lain sebagainya jika kurang diperhatikan.
1. Menghindari
Pedet Mati Lemas
Pedet yang
baru saja lahir sering mengalami mati lemas, akibat pada saat lahir mulut dan
lubang hidungnya tertutup lendir. Oleh karena itu, lendir yang menutup
lubang hidung dan mulut harus secepatnya dibersihkan. Tubuh pedet dapat
disiram dengan air dingin atau lidahnya ditarik supaya pedet dapat bernafas
normal. Jika dengan cara tersebut tidak berhasil, maka perlu diusahakan
nafas buatan dengan cara membaringkan pedet, kemudian dilakukan massage
sampai pada anggota kaki.
2. Menghindari
Infeksi
Masalah
kedua yang dihadapi peternak sesudah pedet itu lahir yaitu jika tali pusarnya
tidak lepas. Apabila hal ini terjadi maka peternak harus segera melakukan
pemotongan tali pusar dan disisakan sepanjang 7,5-10 cm. Sisa potongan tali
pusar itu diikat dengan tali yang tipis kira-kira 2,5 cm dari badan, kemudian
bekas potongan tadi ditaburi sulfa-powder atau diolesi dengan obat merah
untuk mencegah terjadinya infeksi scours (diare).
3. Membersihkan
Lendir dan Menyusukan Pedet Secepat Mungkin
Segera
sesudah pedet lahir, secara ilmiah induk akan membersihkan seluruh lendir yang
menyelubungi tubuh pedet dengan cara menjilat-jilat sampai kering. Jika
induk belum melakukan hal ini, maka peternak harus melakukan pembersihan lendir
tersebut secepatnya. Sesudah lendir bersih atau lebih kurang 30 menit.
Sesudah pedet lahir, biasanya pedet mulai dapat berdiri kemudian berjalan
mencari puting induk dan mulai menyusu. Jika pedet belum berhasil mencari
puting induk, maka peternak harus menolong dan mengarahkan puting induk seawal
mungkin.
4. Mengupayakan
Pedet Memperoleh Colostrum
Pedet yang
baru saja lahir lebih baik dibiarkan bersama-sama induknya selama 24-36 jam
untuk memberi kesempatan memperoleh susu pertama atau kolostrum.
Kolostrum adalah produksi susu awal yang berwarna kuning, agak kental dan berubah
menjadi susu biasa sesudah 4-5 hari. Jadi, kolostrum hanya berlangsung
4-5 hari atau bisa sampai seminggu, sesudah itu akan berubah menjadi susu
biasa.
b.
Pemberian Pakan
Pemberian Pakan
Anak Sapi / Pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang
optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet akan memberikan nilai positif
saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas
yang optimal dapat dicapai.
1.
Proses
Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Menurut Imron 2009, untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada
pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat
pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun
bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar. Sejak lahir anak sapi
telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut
jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi
itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 %
dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa.
Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu
kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara
bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal
pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan
selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.
2.
Jenis-jenis
Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis bahan
pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1)
Pakan cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk
replacer
a. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing
sapi yang baru melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air
susu normal. Komposisi kolostrum :
Ø Kolostrum
lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X
untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal
Ø Mengandung
enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya
secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
Ø Kolostrum
mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung
inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein.
Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru
lahir dari penyakit infeksi.
Ø Kolostrum
dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena
mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu
Kolostrum : Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih
kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). Kualitas
kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 sampai
dengan4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu
muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun
saat akan diperah (Soetarno, 2003).
b. Milk
Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS)
Ø Pada fase
pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk
Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan
bobot badan yang sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun
kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin
dan sering mengakibatkan pedet kegemukan.
Ø Milk
replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari produk air susu
yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah
terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia antara 3
sampai 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2
minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-patian
dan protein selain casein (protein susu).
2)
Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter)
dan hijauan.
Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter)
Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 sampai dengan 3 minggu (fase
pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi
pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu.
Tetapi untuk sapi sampai dengansapi calon bibit dan donor penyapihan dini
kurang diharapkan. Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan
apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 sampai
dengan0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1
sampai dengan2 bulan.
Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah
dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8
minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 sampai
dengan20%, TDN 75 sampai dengan80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar,
palatable, craked (Imron, 2009).
Manajemen Pemberian Pakan Hijauan Pemberian hijauan
kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang
pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara
sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan
pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 sampai dengan3 minggu.
Ø Berikan
rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
Ø Jangan
memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa
memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
Ø Konsumsi
hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.
Pemberian
susu/ kolostrum pada sapi pedet dan pakan pada pedet, dara di BBPIBTSP
Bunikasih Cianjur
BPPIBTSP Bunikasih Cianjur merupakan
Balai yang tujuan utamanya adalah penghasil bibit sapi perah yang produktif.
Yang
dimaksud
dengan sapi perah pedet adalah anak sapi yang baru lahir sampai berumur kurang lebih 8 bulan Sedangkan sapi
perah dara adalah Sapi
betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pedet betina
sapi perah setelah disapih sampai dengan
bunting dan melahirkan anak pertama. Sapi pada umur 8 bulan sampai dengan
umur 2 tahun.
Pemberian kolostrum pada pedet di BPPIB-TSP Bunikasih
diberikan selama seminggu setelah pedet lahir. Sama halnya dengan teori yang
didapat di kampus. Tetapi apabila induk menderita radang ambing (mastitis)
atau sebab lain sehingga tidak mengeluarkan kolostrum, maka pedet harus
diberi kolostrum dari induk lain atau kolostrum buatan yang terdiri dari
campuran : 0,5 liter susu murni, 1 butir telur, 0,25 liter air, dan 1 sendok
teh kastroli. Kolostrum buatan ini diberikan pada pedet selama 4 hari.
Pemberian
pakan untuk pedet diberi kolostrum, milk replacer dan calf starter. Sedangkan
untuk dara diberi hijauan dan konsentrat
Perawatan
untuk pedet dimulai dari dia lahir dengan mengelap lendirnya, memotong tali
pusar, melakukan pencatatan(recording), memasang eartag, memotong
tanduk(dehorning). Dan perawatan untuk sapi dara yaitu memotong
tanduk(dehorning), memotong kuku, memotong putting berlebih, pemberian obat dan
vitamin, penanganan penyakit.
c.
Penyapihan
Pedoman pemberian susu dan pakan pada pedet hingga lepas sapih dan
hal-hal yang harus di perhatikan. Abomasum pedet yang baru lahir
berukuran lebih besar yaitu 70% dari total alat pencernaan. Pada saat
ini makanan yang dikonsumsi makanan cairan akan masuk eosophagus
selanjutnya masuk ke abomasum dan diserap oleh abomasum.
1.
Pakan
Pedet
Ø Pakan Pedet umur 1 – 7 hari (Masa
Kolostrum)
Ø Pakan Pedet umur 1 – 9 minggu (Proses Masa Sapih)
Ø Untuk merangsang perkembangan rumen,
pedet sebaiknya diberi makanan padat secepatnya.
Pemberian makanan formula (calf starter) dan hijauan kering
kualitas tinggi yang diberikan lebih awal, perkembangan daya ruminasia akan
lebih cepat, karena makanan padat terlebih dahulu akan masuk ke rumen dan
merangsang perkembangan rumen.
Ø Pemberian calf
starter dan hay /
rumput kering dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase
pengenalan). Berikan
rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus dan
bentuk ukuran kecil untuk mempermudah dalam pencernaan. Hal ini ditujukan
untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat
mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Kualitas calf starter
yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20 %, TDN 75 – 80 % ( Ca dan P, 2
banding 1 ) kondisi segar.
Ø Jangan memberikan silase pada pedet
(sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang
banyak terdapat dalam silase.
Ø Konsumsi hijauan harus mulai banyak
setelah memasuki fase penyapihan.
Ciri-ciri pedet lepas sapih
Penyapihan
(penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila :
·
Sudah tidak lagi menyusu pada induknya
·
Bobot badan sudah mencapai kurang lebih
60 kg
·
Pedet dalam kondisi sehat dan sudah mengkonsumsi konsentrat
formula pedet (calf starter) sebanyak 0,5 kg/hari atau lebih dan 1,4 - 1,8 kg
hijauan setiap harinya.
·
Kandangnya sudah dipisah dari induknya.
·
Umur
tidak menjadi indikator pedet siap di sapih.
Penyapihan pedet
Menyapih ( menghentikan pemberian
susu ) adalah proses pengenalan dengan sumber
pakan dewasa dan perlahan lahan
menghentikan pemberian air susu
Tujuan penyapihan :
Ø Sebagai Persiapan
replacement indukan
Ø Untuk penghematan biaya pembesaran
pedet
Ø Meningkat kan volume susu yang
dijual
Prosedur penyapihan pedet
Ø Proses Penyapihan dimulai secara
bertahap dimulai 20 hari sebelum penyapihan.
Ø Apabila dilakukan penyapihan pedet
harus dalam kondisi sehat
Ø Kandang yang
diperlukan untuk pedet lepas sapih berupa kandang sistem kelompok di dalam
kandang koloni. Hal ini dimaksudkan agar sapi-sapi remaja lebih bebas bergerak
sehingga tulang dan badannya kuat dan tidak terjadi persaingan dalam
mendapatkan pakan.
Ø Pakan pedet
yang disapih diantaranya adalah rumput kering (hay) konsentrat (calf
starter) dan air minum yang terseda secara adlibitum (terus
menerus).
Ø Kebersihan
kandang di lakukan secara rutin dan di lakukan dengan membersihkan lantai
kandang, tempat minum, tempat pakan dan lingkungan sekitar kandang agar pedet tetap sehat.
Penyapihan di BPPIBTSP Bunikasih
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8
bulan. Pedet yang baru lahir membutuhkan perawatan khusus, ketelitian,
kecermatan dan ketekunan dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa.
Pemeliharaan pedet mulai dari lahir hingga disapih merupakan bagian penting dalam
kelangsungan suatu usaha peternakan sapi perah. Kesalahan dalam penanganan dan
pemeliharaan pada pedet muda dengan umur 0-3 minggu dapat menyebabkan pedet
mati lemas saat lahir, lemah, infeksi dan sulit dibesarkan.
Menyapih (
menghentikan pemberian susu ) adalah proses pengenalan dengan sumber pakan
dewasa dan perlahan lahan menghentikan pemberian air susu.
Penyapihan dilakukan pada umur lebih dari 4 bulan, setelah lepas sapih
dilakukan judging (seleksi), dan pada umur 6 bulan judging dilakukan dengan melihat
silsilah dan performa, kemudian pada umur 8 bulan dilakukan judging dengan
melihat RHA (tingkat kemurnian).
RHA
dirumuskan :
Standar nilai RHA di bunikasih
adalah 83%, sedangkan standar nasioal RHA di Indonesia adalah 70-80%. Bunikasih
menggunakan nilai RHA yang lebih tinggi dari SNI karena Bunikasih merupakan
balai Pembibitan dan pengembangan
sehingga mencari tingkat kemurnian setinggi mungkin.
3.7 RECORDING
Pengertian
Recording
Recording adalah suatu rangkaian kegiatan pencatatan
kejadian-kejadian dan informasi-informasi penting tentang individu atau
sekelompok individu ternak dan keluaran dari recording ini adalah KARTU
RECORDING.
Di Indonesia Recording ini sudah dilakukan oleh
perusahaan peternakan dalam skala besar dengan oreintasi bisnis dan keuntungan.
Namun peternak skala kecil/peternak rakyat belum melakukan recording tersebut.
Ada 2 kemungkinan peternak rakyat ini belum/tidak melakukan recording yaitu tidak tau atau tidak mau. Jika peternak tersebut
dengan alasan tidak tau itu
berarti penyuluhan di daerah tersebut masih sangat kurang. Sebenarnya untuk
penyuluhan tentang recording tersebut tidak hanya bisa dilakukan dengan tatap
muka tetapi bisa juga lewat media cetak ataupun media elektronik. Tapi jika
dengan alasan tidak mau karena
gak ada biaya/tidak ada tenaga/enggan berarti kelompok peternak tersebut tidak
beroreintasi ke arah bisnis/keuntungan.
Padahal
manfaat dari recording tersebut sangat menguntungkan bagi peternak antara lain
sebagai berikut
Ø Memudahkan
peternak mengingat kejadian-kejadian penting tentang ternaknya tanpa mengenal
batas waktu;
Ø Informasi
yang diperoleh dari recording dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam manajemen pemeliharaan sapi perah ;
Ø Recording
merupakan dasar evaluasi manajemen sapi perah.
Ø Dan
manfaat Recording dalam manajemen kesehatan, kita bisa mengetahui dengan tepat
riwayat kesehatan dan penanganannya.
Membuat Kartu Pedet
Data yang diperlukan adalah :
Ø Bangsa
pedet
Ø Tanggal
lahir
Ø Berat
badan waktu lahir
Ø Nama
induk
Ø Nama
pejantan/bapak
Ø Menggambar
pedet samping kanan dan kiri pedet
Kartu Sapi Dewasa
Ø Bangsa
Sapi
Ø Tanggal
lahir
Ø Berat
badan waktu lahir
Ø Keturunan
induk & pejantan
Ø Umur
pertama kali dikawinkan…….hr
Ø Umur
pertama melahirkan……..hr
Ø Data
produksi hasil susu per hari, bulan dan tahun
Ø Pencatatan
Data Reproduksi dan Kesehatan
Data yang dicatat adalah Untuk sapi
dara:
Ø Tanggal
perkawinan pertama
Ø Umur
waktu kawin pertama….. Hari
Ø Berat
badan ………kg
Ø Tanggal
birahi berikutnya……,tanggal kawin …… ,jarak birahi……(hari)
Ø Tanggal
pemeriksaan terjadinya bunting……..
Ø Tanggal
perkiraan melahirkan…………
Ø Tanggal
melahirkan……………………
Ø Berat
badan waktu melahirkan……………..
Ø Pemberian
identitas ternak dgn no telinga (eartage)
Rekording di BPPIBTSP
Recording
yang digunakan pada BPPIBTSP Bunikasih meliputi
1.
Nama (aer tag)
3.
Bobot lahir
4.
Silsilah (pedigree)
5.
Jenis kelamin
6.
Jenis pakan
7.
Jumlah pakan yang diberikan
8.
Keterangan (lain-lain)
9.
Bangsa sapi
Recording sangat penting untuk sebuah peternakan
karena dapat membantu tatalaksana pemeliharaan ternak khususnya ternak sapi
perah. Recording juga berfungsi sebagai sumber informasi tentang segala hal
yang ada didalam peternakan tersebut dan sebagai evaluasi peternak terhadap
peternakannya untuk menjadi peternakan yang lebih baik dan mendapatkn banyak
keuntungan. Namun, pada BPPIBTSP Bunikasih recording sangat penting untuk
menilai bibit / bakalan yang unggul, karena di BPPIBTSP Bunikasih yang paling
diutamakan adalah bukan keutungan dari hasil penjualan susu tapi yang paling
utama adalah mendapatkan bibit yang unggul dari seleksi beberapa bibit yang ada
disana, dengan melihat pedigree, bobot badan pada saat lahir, perkembangan
ternak sapi / bulan, dan dari bentuk fisik.
3.8 CARA
MEMILIH BIBIT TERNAK SAPI PERAH
a. Standar
bibit sapi perah betina
Berdasarkan standar naisonal Indonesia (SNI) nomor
2735 tahun 2008 tentang bibit sapi perah indonesia, maka kreteria bibit sapi
perah adalah :
1.
Memenuhi persyaratan kualitatif
·
Memiliki silsilah yang jelas satu atau
dua generasi diatasnya : nama, nomor dan performa dari ternak dan tetua
penurunnya
·
Tidak memiliki cacat fisik, memiliki
alat reproduksi normal, bentuk ideal (tipe sapi perah) serta struktur kaki dan
kuku yang kuat
2.
Memenuhi persyaratan kuantitatif
·
Umur 15 – 20 bulan
·
Tinggi pundak minimal 115 cm
·
Berat badan minimal 300 kg
·
Lingkar dada minimal 155 cm
b. Cara
mendapatkan bibit ternak sapi perah betina
Ada dua cara untuk mendapatkan bibit sapi perah yang
baik yaitu :
1.
Melaksanakan program rearing atau memelihara
sapi sejak lahir secara terprogram dengan tujuan mendapatkan sapi yang memiliki
kaki yang kuat serta ambing dan alat pencernaan yang berkembang baik, produksi
susu yang optimal akan tercapai bila sapi tersebut memiliki kondisi tubuh yang
sehat, kaki yang kuat dan perkembangan ambing yang baik serta kemampuan makan
yang baik pula.
2.
Mendatangkan atau membeli ternak sapi
perah bibit, baik dari daerah lain di dalam negeri atau impor.
c. Cara
memilih bibit sapi perah yang baik
Ada empat langkah yang harus dilakukan untuk memilih
bibit ternak sapi perah :
1.
Memenuhi kreteria ternak sapi perah,
tidak memiliki ciri ternak sapi potong :
·
Bentuk tubuh sapi perah seperti baji
atau trapesium, bagian belakang melebar kesegalan arah sehingga terdapat
kebebasanuntuk pertumbuhan ambing.
·
Bentuk sapi potong berbentuk segi empat,
lurus dan padat, dalam dan lebar.
2.
Memenuhi kriteria sebagai sapi friesien
Holstein :
·
Kepala panjang, dahi seperti cawan,
moncong luas
·
Warna tubuh :
-
Hitam putih dengan batas jelas
-
Sapitidah berwarna hitam seluruhya atau
putih seluruhnya
-
Tidak boleh ada cacat warna antara lain
: salah satu kaki dilingkari dengan suatu lingkaran penuh yang berwarna hitam
yang menyentuh kuku, ada bercak hitam pada salah satu kakinya yang memanjang
mulai dari kukunya dan keatas sampai batas atau melampaui persendian lutut
-
Pada dahi terdapat warna putih berbentuk
segitiga
-
Pada keempat bagian bawah kaki berwarna
putih
-
Ujung ekor berwarna putih
3.
Memenuhi kriteria sebagai sapi FH betina
yang berkemampuan memproduksi susu yang tinggi.
·
Penampilan umum : kepala halus, tegak
dan tidak jatuh, telinga menghadap ke depan dan tegak, mata yang jernih dan
waspada, leher pipih dan licin, bulu mulus tidak kasar khususnya di atas
pinggul dan di atas bahu / pundak, ambing tumbuh baik, ada 4 putting pada
posisi yang simetris.
·
Punggung lurus yang mencerminkan
kekuatan untuk menopang organ-organ tubuh.
·
Posisi sapi persegi dibawah badan sapi,
kaki yang pipih dan panjang proporsional, kuku yang solid tidak retak dan tidak
panjang.
4.
Pastikan bahwa ternak spi tersebut :
·
Bukan berasal dari kelahiran kembar
jantan dan betina (freemartin)
·
Kondisi sehat dan bergizi baik.
Pengukuran
ternak
Pengukuran berat badan ternak umumnya dilakukan
untuk mengetahui perkembangan ternak sehingga dapat dimonitor dampak dari satu
intervensi teknologi atau perbaikan manajemen. Berat badan dapat dijadikan
salah satu indikator untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Perubahan
ukuran tubuh ternak dapat dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ternak.
Perubahan pada ukuran tubuh ternak menunjukkan apakah ternak mengalami
pertumbuhan atau tidak. Pengukuran tubuh ternak juga digunakan untuk menjadi
acuan pada peternak apakah ternak tersebut layank untuk menjadi bibit ang
unggul atau tidak.
Alat
dan bahan
a. Tongkat
ukur
b.
Pita ukur
c.
Sapi
d.
Buku dan bolpoin
Bagian
tubuh yang diukur
1.
Pengukuran lingkar dada diukur pada
tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. Pengukuran lingkar
dada dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada badan.
2.
Tinggi badan adalah jarak tegak lurus
dari tanah sampai dengan puncak gumba atau di belakang punuk.
3.
Panjang badan adalah panjang dari titik
bahu ketulang duduk (pin bone).
4.
Dalam dada adalah pengukuran yang
dilakukan dengan mengukur dari bawah dada sampai punuk.
5.
Lingkar scrotum yaitu mengukur seluruh
lingkar scrotum, tepatnya pengukuran dilakukan ditengah scrotum secara
horizontal.
6.
Lebar pinggul yaitu jarak antara tuber
coxae pada sisi kiri dan kanan.
7.
Lingkar dada yaitu diukur pada dada
serta merata atau persis dibelakang siku, tegak lurus dengan sumbu tubuh.
8.
Lebar panggul yaitu jarak terlebar sisi
luar kiri dan kanan tulang pelbis melalui os sacrum.
9.
Panjang pinggul yaitu pengukuran dari
tulang tuber coxae sampai ke pangkal ekor.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
BPPIBTSP Bunikasih Cianjur merupakan
Balai yang tujuan utamanya adalah penghasil bibit sapi perah yang
produktif tetapi selain itu juga
melakukan tata laksana pemeliharaan meliputi: pemotongan tanduk
(dehorning), pemasangan eartag dan melakukan pencatatan (recording). Pemotongan
tanduk di BPPIB Bunikasih dilakukan pada pedet dan dara dengan menggunakan
electrik dehorner pada pedet dan tang barnes pada sapi dara.
Adapun kesimpulan yang dapat kami
berikan adalah sebagai
berikut :
v Pemotongan tanduk adalah bentuk tindakan untuk domestikasi
sapi perah.
v Perlakuan dehorning dilakukan dengan
mengunakan 3 metode yaitu : dengan besi panas, bahan kimia, dan gergaji.
v Dehorning adalah tindakan yang dilakukan
pada ternak untuk menghilangkan atau memotong tanduk.
v Pemasangan
eartag pada pedet menggunakan eartag applicator guna memberi identitas pada
ternak.
v Perkandangan
merupakan penunjang berhasilnya usaha peternakan
v Recording memudahkan peternak mengingat
kejadian-kejadian penting tentang ternaknya tanpa mengenal batas waktu;
v Informasi yang diperoleh dari
recording dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam manajemen
pemeliharaan sapi perah ( evaluasi )
4.2 SARAN
Untuk Mahasiswa :
v Mahasiswa harus lebih aktif mencari informasi/keterangan
mengenai peternakan tersebut.
v Mahasiswa harus mengikuti kegiatan dengan
seksama.
v Sebaiknya dalam perlakuan pemotongan
tanduk sapi dalam keadaan tenang dan terrestrain dengan baik.
v Untuk mencegah luka pada dehorning
dengan besi panas dan caustic soda sebaiknya gunakan anti biotic atau septic
untuk menghindari terjadinya infeksi.
v Sebaiknya setelah melakukan dehorning dan pemasangan ear
tag ternak sapi di perhatikan agar tingkat
stress nya rendah
Untuk Peternakan :
v Penataan strategis tempat harus lebih tepat
yaitu kantor peternakan harus terletak lebih tinggi dari kandang.
v Menambah populasi ternak sapi perah.
v Memanfaatkan feces secara optimal dengan
mengaktifkan kembali sistem biogas yang sebelumnya sudah dilakukan.
v Untuk meminimalis pengeluaran biaya produksi
sebaiknya dilalukan penyusunan ransum sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Mtp-ppt-recording-p-usaha-ternak-perah.pdf
dwisebsiono.blogspot.in/2012/08/perkandangan-sapi-perah.html?m=1
ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/pu/psds/pengukuran.pdf
ketekdekil.blogspot.in/2011/02/dehorning.html?m=1
wasbitnak-bkl.blogspot.in/2014/05/recording-pencatatan-ternak_6.html?m=1
|
|
|
|
bagus makalahnya..............
BalasHapus